Kabar mengenai China yang mendapati keuntungan kurang lebih sebesar $1 triliun dari perdagangan dengan Amerika Serikat ramai diperbincangkanTrump. Namun, apakah klaim tersebut benar adanya? Artikel ini bertujuan untuk mengupas tuntas fakta di balik klaim tersebut, dengan membandingkan data terkini dan analisis para ahli.
Hubungan Dagang AS dan China: Latar Belakang
Hubungan perdagangan antara AS dan China merupakan salah satu yang terbesar di dunia, dengan nilai dagang yang melibatkan jumlah besar barang dan jasa setiap tahunnya. Namun, hubungan ini seringkali tegang, terutama sejak era pemerintahan Trump, yang memperkenalkan tarif tinggi hingga 25% pada berbagai produk impor asal China sebagai bagian dari kebijakan perang dagangnya.
Pada 2024, data resmi menunjukkan bahwa:
- Nilai impor AS dari China mencapai $439 miliar untuk barang dan $463 miliar jika termasuk jasa.
- Ekspor AS ke China bernilai $144 miliar untuk barang dan $199 miliar jika termasuk jasa.
- Akibatnya, AS mengalami defisit dagang sebesar $295 miliar untuk barang, dan $263 miliar untuk barang serta jasa.
Angka-angka di atas memberikan gambaran utuh mengenai hubungan dagang kedua negara, meskipun pada kenyataannya, angka defisit tersebut tidak mendekati $1 triliun.
Membongkar Klaim Trump
Pada 9 April 2025, Presiden Donald Trump mengklaim bahwa “China menghasilkan $1 triliun dari perdagangan dengan Amerika Serikat pada 2024.” Pernyataan ini disampaikan dalam acara jamuan di Gedung Putih. Namun, temuan dari lembaga pengecekan fakta, seperti PolitiFact, menegaskan bahwa klaim ini tidak didukung oleh data.
- Ekspor China ke AS pada 2024: $463 miliar (termasuk barang dan jasa).
- Defisit Perdagangan AS dengan China pada 2024: $263 miliar.
Menurut PolitiFact, nilai perdagangan terbesar antara AS dan China dalam satu tahun terjadi pada 2018, dengan barang senilai $538,5 miliar yang diimpor dari China. Bahkan pada puncaknya, angka ini masih jauh dari klaim $1 triliun.
Dengan kata lain, baik nilai ekspor China maupun defisit dagang AS-China, tidak ada yang mendekati angka $1 triliun, baik di tahun 2024 maupun tahun-tahun sebelumnya. Klaim Trump dapat disimpulkan sebagai keliru atau setidaknya sangat berlebihan.

Analisis Perbedaan Fakta dan Pernyataan
Mengapa klaim Trump begitu berbeda dari fakta sebenarnya? Ada beberapa kemungkinan alasan:
- Politik Dalam Negeri
Klaim ini dapat digunakan sebagai alat politik untuk membenarkan kebijakan tarif tinggi atas produk China, dengan fokus pada “ketergantungan ekonomi” AS terhadap China.
- Exaggeration for Impact
Trump terkenal dengan retorika bombastisnya yang sering kali melebih-lebihkan fakta demi memengaruhi opini publik.
- Kurangnya Verifikasi Data
Klaim tersebut mungkin disampaikan tanpa mempertimbangkan data perdagangan resmi yang tersedia.
Apa implikasinya? Pernyataan yang tidak akurat ini berpotensi menciptakan ketegangan dalam hubungan bilateral AS-China, dan juga membingungkan publik terkait isu perdagangan global. Hal ini menggarisbawahi pentingnya verifikasi data dalam wacana publik, terutama dari figur pemimpin.
Pentingnya Memeriksa Fakta dalam Diskusi Publik
Mengetahui fakta yang benar tidak hanya penting untuk memahami realitas global, tetapi juga untuk memastikan bahwa kebijakan-kebijakan yang diambil oleh para pemimpin didasarkan pada data yang akurat.
Berdasarkan laporan resmi, China tidak pernah mencapai angka $1 triliun dalam hubungan dagangnya dengan AS, bahkan selama periode tingginya arus perdagangan internasional. Dengan demikian, sebagai pembaca yang kritis, mencermati dan memverifikasi klaim-klaim sejenis adalah langkah krusial dalam membangun perspektif yang tepat.