Categories Blog

Pacu Jalur Bikin Viral, Atlet Berprestasi Justru Tak Diperhatikan

Riau – Dunia maya baru saja dihebohkan dengan viralnya seorang bocah kecil yang menampilkan aksi luar biasa dalam tradisi Pacu Jalur, lomba dayung khas Riau. Aksinya disebut sebagai “aura farming”, karena penuh semangat dan pesona khas anak-anak. Tak butuh waktu lama, Gubernur Riau langsung turun tangan memberikan beasiswa sebesar Rp20 juta untuk bocah tersebut.

Namun di balik kisah viral yang mengharukan itu, ada ironi yang mencengangkan: para atlet Riau berprestasi yang telah mengharumkan nama daerah di ajang PON (Pekan Olahraga Nasional) justru belum mendapatkan bonus yang dijanjikan oleh pemerintah daerah. Beberapa dari mereka bahkan menyuarakan kekecewaan secara terbuka, merasa diabaikan dan tidak dihargai sebagaimana mestinya.

“Sudah hampir dua tahun kami menunggu. Janji tinggal janji,” ujar salah satu atlet yang enggan disebutkan namanya. Ia bersama rekan-rekannya merasa bahwa perjuangan mereka tidak mendapatkan tempat yang layak di mata pemerintah. Ironisnya, perhatian publik dan pejabat kini lebih tertuju pada momen viral ketimbang prestasi nyata.

Di satu sisi, memberikan penghargaan kepada peserta tradisi budaya seperti Pacu Jalur adalah langkah positif dalam pelestarian budaya. Namun di sisi lain, pengabaian terhadap atlet profesional yang telah mengukir prestasi nasional adalah tamparan keras bagi dunia olahraga Indonesia, khususnya di daerah.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: apakah viral lebih penting daripada prestasi? Apakah media sosial kini menjadi kunci utama untuk mendapatkan perhatian dan bantuan dari pemerintah?

Pakar komunikasi publik, Dr. R. Hartanto, mengatakan bahwa era digital memang membuat opini publik cepat berubah. “Sekarang yang viral bisa langsung mengubah prioritas pemerintah. Sayangnya, ini bisa jadi bumerang bagi mereka yang berjuang dalam sunyi,” jelasnya.

Pemerintah Provinsi Riau diharapkan segera memberikan penjelasan dan kepastian kepada para atlet yang merasa dianaktirikan. Bonus bukan hanya bentuk materi, tapi simbol penghargaan atas kerja keras dan dedikasi mereka selama bertahun-tahun.

Sementara itu, masyarakat mulai membandingkan antara pemberian beasiswa instan dengan nasib atlet yang terabaikan. Mereka menilai, harus ada keadilan dan konsistensi dalam memberi penghargaan. Jangan sampai budaya viral menjadi satu-satunya cara untuk mendapatkan perhatian.

Kesimpulan

Kisah bocah Pacu Jalur yang viral dan langsung mendapat beasiswa memang menginspirasi, namun tak seharusnya mengaburkan kenyataan pahit yang dialami para atlet berprestasi. Pemerintah perlu menyeimbangkan antara apresiasi budaya dan penghargaan atas prestasi olahraga. Karena negara yang hebat adalah negara yang adil bagi semua pejuangnya — baik yang tampil di layar, maupun yang berjuang dalam diam.

Written By

More From Author

You May Also Like

Api Amarah Massa Membakar DPRD Makassar

Api Amarah Massa Membakar DPRD Makassar

Makassar kembali diguncang kerusuhan besar setelah ribuan massa aksi memuncak dalam gelombang protes yang berujung…

Gempa Dahsyat Mengguncang Poso: Satu Tewas, Puluhan Luka-luka

Gempa Dahsyat Mengguncang Poso: Satu Tewas, Puluhan Luka-luka

Gempa bumi berkekuatan 6,0 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Minggu pagi,…

Teror Langit di China Utara Dua Tewas, Ribuan Dilarikan Akibat Cuaca Ekstrem

Teror Langit di China Utara: Dua Tewas, Ribuan Dilarikan Akibat Cuaca Ekstrem

China Utara kembali diguncang bencana alam hebat setelah hujan deras tanpa henti mengguyur wilayah Baoding,…